Di bulan Desember 1923 saya tiba di
Canton. Perjalanan Moscow – Canton menimbulkan bermacam-macam kesan, dan
mengalami berbagai-bagai avontuur, terlampau banyak buat dituliskan apalagi
dimasa kekurangan kertas ini. Tiada pula kurang avontuur, pelayaran dan kesan
yang saya peroleh entah dalam berapa
kali bolak-balik antara Canton dan Nanyang, Aslia saja. Saya sebutkan Aslia
saja, buat meliputi Annam, Siam, Birma, Malaya, Indonesia dan Filipina.
Beberapa kali, jika salah selangkah saja atau terlambat semenit saja, ataupun
sesat sepatah kata jawaban saja, saya sudah akan terjerumus ke dalam penjaranya
imperialisme. Pula, karena kekurangan kertas avontuur inipun terpaksa tiada
dituliskan. Ada pula alasan yang tak kurang penting. Semua Imperialisme Barat
yang saya dapatkan dari suaranya Dr. Sun, bahwa Dr. Sun berniat memberikan
nasihat yang dengan perhitungannya kepada saya. Akhirnya bukankah Dr. Sun
sendiri berhaluan persatuan Asia, lama tinggal di Jepang banyak mempunyai
sahabat di sana, dan pernah memakai orang Jepang dalam perjuangannya merebut
kekuasaan pusat di Tiongkok?
Pendeknya nasehat itu keluar dari
sanubari orang bersimpati kepada pergerakan Indonesia. Saya juga tidak memasuki
pintu gelanggang perdebatan yang mungkin terbuka, ialah: Apakah revolusioner
Indonesia bisa kerja sama dengan kerajaan (Imperialisme) Jepang?
Mungkin karena Dr. Sun sendiri
merasa bahwa pintu kesana tidak terbuka, dan mungkin juga Dr. Sun teramat tahu
akan prakteknya kerja dengan Jepang, atau karena Dr. Sun cuma ingin tahu
bagaimana paham saya terhadap soal demikian maka percakapan dibelokkan ke
lampat tempat.
Nyatalah pengetahuan Dr. Sun dalam
details, khusus tentang “Nanyang” pun luar biasa tempatnya. Nyatalah Dr. Sun
seorang pelarian yang mempunyai banyak siasat dan mempunyai teman di mana-mana.
Adanya orang Tionghoa di seluruh pelosok dunia, ialah yang amat memudahkan
gerakan Dr. Sun.
Pasport dari pemerintah saya buat
tuan akan lebih membahayakan dari pada tiada punya pasport sama sekali, kata
Dr. Sun Yat Sen. Sebab pasport itu akan diperiksa kembali oleh Inggris di Hongkong
ialah pintu gerbang masuk ke daerah Kwantung dan pemeriksaan itu teliti sekali.
Tetapi baik tuan saya perkenalkan kepada para pemimpin Seamen Union, Serikat
Pelaut yang berkedudukan di Hongkong.
Lama saya pikirkan kerjasama dengan
Jepang tadi. Dari Revolusioner besar seperti Dr. Sun petunjuk semacam itu tak
boleh diabaikan begitu saja. Mungkin karena antara Jepang dan Indonenesia masih
ada imperialisme Inggris, Perancis dan Amerika yang kuat, maka Dr. Sun merasa
Jepang tidak (atau belum) bisa langsung menerkam Indonesia. Dr. Sun juga
memulai dengan “in this case” ialah “dalam hal ini”, memang pula bersitumpu
sekarang pada negara ini dan esoknya pada negara itu, adalah salah satu dari
pada muslihat Dr. Sun yang terpenting.
Sayang, saya tak mencoba menyelami
alasan Dr. Sun yang sebenarnya. Dr. Sun adalah seorang revolusioner yang
opportunis,pengambil kesempatan Intuition, gerak batin Dr. Sun sering benar.
Bukankah sudah kira-kira 20 tahun
perkataan tadi banyak diucapkan oleh para pemimpin nasionalis Indonesia
terkemuka yang menyambut tangan saudara tua “buat kerjasama” mendirikan Asia
Timur Raya? Lupakah kita pada sehidup semati Dai Nippon sebelum dan sesudah
kemenangan terakhir, seperti tercantum dalam Panca Dharma itu? Bukankah
pemimpin Indonesia pernah mengemukakan bahwa kita membantu Nippon bukanlah
karena perhitungan kalah menang, melainkan karena Nippon dalam kebenaran,
keadilan dan kesucian? Buat saya hal ini adalah penetapan nujuman pemimpin
Tionghoa ditepi sungai Mutiara itu.
Saya sudah baca buku Dr. Sun “San
Min Chu I” dan “China’s International Development” banyak yang praktis, bisa
dijalankan, tetapi ada pula kiranya yang tidak praktis, bertentangan degan
kenyataan, mengusulkan kepada kapital Internasional buat mengindustrialisir
Tiongkok untuk kemakmuran Tiongkok dan perdamaian dunia. Memangnya mesti diakui
banyak kebaikannya sebagai wujud, sebagai teori. Tetapi saya pikir kurang
diperhatikan tentang konkurensi, bahkan pertentangan antara Negara Kapitalis
dengan Negara Kapitalis sendiri, yang mesti kerja sama buat memajukan Tiongkok
dan akhirnya, tetapi tak kurang penting konkurensi dan pertentangan antara
Tiongkok berindustri dengan Negara Kapitalis Barat dan Amerika. Walaupun
begitu, semangat dan caranya Dr. Sun Yat Sen berpikir, jika dibandingkan orang
berkeramat dari Hindustan, Mahatma Gandhi adalah seperti siang dengan malam.
Buat saya, lebih menambah pengetahuan membaca tulisan Dr. Sun daripada membaca
karangan Mahatma, kalau sang Mahatma memasuki gelanggang politik ekonomi atau
aksi.
Dr. Sun bukanlah Marxis, dan cara
berpikirnya bukan dialektik, tetapi logis, dalam “San Min Chu I”, kalau Dr. Sun
mengeritik Marxisme maka dipakainya alasan murah dari profesor borjuis biasa,
yakni “Class Struggle”, perjuangan klas itu, hanya suatu “accident” kebetulan
saja. Caranya Dr. Sun mengupas sesuatu persoalan, ialah menurut ilmu scientific
dan caranya menuliskan dan mengatakan pahamnya sangat jelas, tepat dan menarik.
Dr. Sun bukan saja seorang ahli menulis, tetapi juga seorang effektive speaker
ahli pidato, berpangkal-berujung, terang dan bisa memberi paham kepada ramai
dan menarik hati ramai.
Tetapi bukankah pada kecerdasan
intelek,d an kemahiran berbicara ataupun pada kelengkapan terori Nasionalisme,
“Demokrasi dan Sosialisme-nya saja terletak kekuatan Dr. Sun, ialah menurut
pikiran saya. Saya sudah menyaksikan pidatonya Dr. Sun. Memang bagus dan
menurut teknik. Tetapi Wang Ching Wei tiadalah kurang, kalau malah tidak
melebihi. Saya sudah baca tulisan dan teori Dr. Sun, tetapi pujangga Tiongkok
seperti profesor Dr. Hu Shih, saya fikir sanggup pula membentuk teori seperti
itu. Yang tidak bisa disamai atau dilebihi baik oleh Wang Ching Wei atau pun
Profesor Dr. Hu Shih – saya sebut dua ini saja diantara puluhan ahli pidato dan
ahli pikir Tionghoa modern ialah:
Pertama: sincerity kejujuran Dr.
Sun. Orang Tionghoa ternama, walaupun bukan pengikut Dr. Sun dimasa hidupnya,
dan semua orang Asia lain yang pernah berkenalan dengan thabib sungai Mutiara
ini, mengemukakan sincerity, kejujuran Dr. Sun, Bapak Republik Tingkok berbuat
cocok dengan perkataannya, dan berkata cocok dengan paham sucinya, Dr. Sun bukanlah seorang ahli politik “Tammany” atau
“revolusioner” dengan perkataan atau pengorek kantongnya Rakyat Murba. Teori,
pidato dan aksi Dr. Sun ialah untuk yang dianggapnya penting buat Negara dan
Bangsanya. Manusia bersifat khilaf, dan kalau Dr. Sun khilaf, maka
kekhilafannya itu tiada bersumber pada kecurangan.
Kedua: Keuletan, imannya dan
unselfish, tidak termahaknya Dr. Sun. beberapa teman pelaut Tionghoa dengan
bangga menceritakan kepada saya enam belas kegagalan Sun Man merebut
kemerdekaan Tiongkok dari kerajaan Manchu. Baru yang ketujuh belas jaya.
Kegagalan itu selalu dikemukakan dengan
bangga, saya pikir pada tempatnya pula. Karena dimuka enam belas kegagalan itu
terselip perkatan “walaupun”, mestinya diceritakan: Ingatlah, walaupun Sun Man
enam belas kali gagal, dia tak putus asa, dalam hal “keuletan” (Thorougness)
itu Dr. Sun memang boleh dianggap sebagai wakil dan lambang kebesaran sifat
bangsa Tionghoa seluruhnya. Tetapi menurut pikiran saya, kepercayaan kepada Dr.
Sun itu bisa terus dipegang, ialah karena kejujurannya, karena tiada
termahaknya Dr. Sun bahkan dia selalu siap sedia mengorbankan apa yang ada
padanya, termasuk jiwanya sendiri, buat menjalankan apa yang dimajukannya.
Ketiga: rapat dengan murba. Titelnya
Dr. mudahnya Dr. Sun bergaul dengan bangsa sendiri dan bangsa lain, maupun juga
yang termasuk kelas atas, tiadalah memisahkan Sun Man dari kelas gembel,
proletaria. Hati rakyat rendahan Tiongkok tak akan bisa terikat dalam
perjuangannya, kalau dia tiada mempunyai sifat yang bisa menimbulkan
kepercayaan murba.
Tiadalah pula satu kebetulan saja,
apabila gerakan Kuomintang pada tahun 1911 itu disokong oleh gerakan murba
rahasia seperti Kola Hui, yang rapat berhubungan dengan Dr. Sun. Rupanya,
terdorong oleh beberapa kegagalan merebut kekuasaan dengan cara “Putsch” oleh
segerombolan pahlawan kaum cerdas, maka Dr. Sun akhirnya merasa penting
bantuannya rakyat murba yang tersusun dalam bermacam-macam kongsi rahasia, yang
dimasa kerajaan Manchu berpolitik revolusioner. Dr. Sun turunan tani kecil,
jiwanya masih belum dihancurkan oleh intelektualisme Barat dan masih bisa
menyelami Rakyat Murba.
Tiadalah pula satu kebetulan saja,
apabila gerakan Kuomintang pada tahun 1911 itu disokong oleh gerakan murba
rahasia seperti Kola Hui, yang rapat berhubungan dengan Dr. Sun. Rupanya,
terdorong oleh beberapa kegagalan merebut kekuasaan dengan cara “Putsch” oleh
segerombolan pahlawan kaum cerdas, maka Dr. Sun akhirnya merasa penting
bantuannya rakyat murba yang tersusun dalam bermacam-macam kongsir rahasia,
yang dimasa kerajaan Manchu berpolitik revolusioner. Dr. Sun turunan tani
kecil, jiwanya masih belum dihancurkan oleh intelektualisme Barat dan masih
bisa menyelami jiwanya Rakyat Murba.
Tetapi janganlah pula pembaca pikir,
bahwa dimasa hidupnya Dr. Sun mendapat pujian saja dari semua golongan atau
teman seperjuangannya sendiri. Bahkan baru sebentar saja dia dipilih jadi
Presiden tahun 1911, jiwanya terancam oleh seorang jenderal “pemberontak” yang
dibelakangnya menjadi Presiden ialah Yuan Shi Kai. Di masa saya masih di
Tiongkok, belum lama sebelum dia meninggal, maka bekas jenderalnya sendiri,
ialah Chen Kwing Ming hampir saja dapat menangkap Dr. Sun. Dari pihak intelek
Tiongkok dan kaum borjuisnya, dimasa hidupnya sering saya dengan paling baik
dikatakannya, bahwa Dr. Sun itu memang kasar, tetapi cuma seorang “idealis”
dalam arti pemimpi saja. Saudagar Canton, kata Dr. Sun sendiri, ketika dibawah
perintah Dr. Sun sendiri, mencemoohkan Dr. Sun dengan gelaran “meriam besar”.
Artinya “kaleng kosong” yakni suara besar tapi tak berisi.
Memang kehormatan dan pujaan
terhadap Dr. Sun saya lihat baru sesudah dia meninggal. Ingat kita kepada
banyak orang besar lain, yang sekarang dipuji, dikoploki dan dipuja, tetapi
besoknya dikutuki. Tetapi ada juga sebaliknya, baru dipuji sesudah ia mati. Dr.
Sun melayani semua pasang surut naiknya penghargaan manusia itu.
Dr.Sun sendiri bukanlah Dr. Sun,
kalau dia bergerak dan berkorban, cuma buat mencari pujian ramai pada ketika
itu saja. Dr. Sun juga insyaf sungguh akan turun naiknya penghargaan itu, dan
ia pusatkan semua tenaga, kecerdasan, kemauan dan perasaannya kepada
kemerdekaan dan kebesaran bangsa yang dicintainya sampai ke hati sanubarinya
ialah bangsa Tionghoa. Lawan dan kawan tak bisa membantah kecintaannya itu,
begitu pula kejujuran dan keteguhan imannya.
Pada satu hari, ketika saya berada
disalah satu tempat di Selatan melakukan kewajiban saya sebagai wakil dan
intern (hal mana tak perlu saya rahasiakan lagi, karena pihak luar sudah lama
mengumumkan), maka saya dapat perintah dari Pusat buat mencari wakil dari
Indonesia guna mengunjungi Konferensi Buruh Lalu Lintas Seluruh Asia, yang akan
diadakan di Canton. Hasil konferensi itu sudah lama disiarkan dimana-mana dan
yang berhubungan dengan diri saya sudah diumumkan di Filipina, berhubung dengan
penangkapan atas diri saya disana. Agustus 1927 Imperalisme Barat sungguh cukup
cerdas, berpengalaman dan kaya buat mengetahu apa yang terjadi dalam semua
organisasi lawannya.
Pemandangan resmi tertulis dalam
ENCYCLOPAEDIE, di jilid tersebut di atas, mika 535, tentang konferensi Canton
itu adalah berikut: Aksi Serikat Sekerja Komunis dalam hubungan Internasional”,
untuk melakukan propaganda aktif buat kemerdekaan nasional dari segala bangsa
di Pasifik, sudah diputuskan pada bulan November/Desember 1922 pada Kongres
Komintern ke-4.
Serikat Sekerja Internasional Merah
(Provinter) sekali lagi mengemukakan perkara ini pada Kongresnya ke-2, yang dibuka
bersamaan waktu dengan Kongres Komintern yang kemudian memutuskan mengadakan
konferensi besar pada wakil buruh lalu lintas (transport) dan semua negara
disekitarnya Lautan Teduh.
Konferensi Pan Pasific diadakan di
Canton pada penghabisan bulan Juni 1924, ialah yang dikatakan hanya satu tempat
dimana orang tak terganggu kerja dengan maksud mengambil tindakan yang
berhubungan dengan organisasi buat membantu satu Serikat Sekerja Internasional
Merah yang meliputi kaum pelaut dan buruh pada semua pelabuhan penting di
sekeliling Lautan Teduh yang akan menjadi gelang penyambung (schakel) dalam
rantai yang akan memperhubungkan pergerakan kemerdekaan nasional revolusioner
diperjuangkan klas proletaria di Barat. Soal, bagaimana caranya mengadakan
perhubungan itu harus diadakan, dengan tiada banyak menyinggung-nyinggung
dalil-dalil teori, sudah lama mendapatkan perhatian E.K.K.I (Eksekutif Komite
Komunis Internasional). Pentingnya
Konferensi pertama ini dari buruh lalu lintas ternyata dari “Manifest”
yang diucapkan kepada pekerja di Timur dan kepada kaum proletar di Eropa dan
Amerika (disiarkan dalam Internationale Press Korrespondenz 5 September 1924
No. 36). Dalam manifest itu disebutkan, bahwa di daerah Tiongkok Selatan yang
revolusioner di Canton, datanglah berkumpul para wakil dari buruh lalu lintas
dari Tiongkok Utara dan Selatan dari Jawa (Alimin, Budisutjiro) dan dari
Filipina pada konferensi yang diselenggarakan oleh Serikat Sekerja
Internasional Merah mengadakan perhubungan internasional diantara lain ternyata
datang seruan. Kami serukan, supaya semua organisasi buruh lalu lintas di
jajahan dan di setengah jajahan mempersatukan diri dan menggabungkan diri
dengan buruh lalu lintas internasional yang revolusioner)
Konferensi yang lamanya 6 hari itu
memutuskan mendirikan satu Buro di Canton, ialah untuk Serikat Sekerja Timur
Merah “Red Eastern Labour Union”, yang mengikat buruh lalu lintas di semua
negara Timur. Pada Buro mana akan berhubungan segala Sekretariat buat Tiongkok,
Indonesia, Filipina, Jepang dan Hindustan.
Pada muka 537 encyclopaedies”: Kita
kira paad waktu itu juga (21 Desember 1924) rupanya PKI mulai mendirikan
Sekretariat Serikat Sekerja Indonesia Merah, bilamana Pusat Pimpinan PKI di
Jakarta mengambil inisiatif mengirimkan rencana statuten buat Sekretariat itu
kepada Pucuk Pimpinan VSTP (Serikat Buruh Kereta Api) SPPL (Serikat Pelaut) SBG
(Serikat Buruh Gula) dan Serikat Pelikan (Tambang) Indonesia, dalam
rencana-rencana statuten tadi disebutkan maksud, bahwa sekretariat ini akan
menjadi cabangya Buro Canton, dan anggota Serikat Sekerja Internasional Merah
(Provintern) di Moskow. Pucuk Pimpinan PKI mempermalukan lebih kurang, bahwa
untuk perjuangan klas di Indonesia yang revolusioner perlulah Persatuan di Asia
antara buruh industri dan buruh lalu lintas.
Pada daerah lama, tempat kaum
komunis bekerja ialah Semarang, udara lebih banyak berisi keinginan mogok.
Mulanya dalam kalangan PKI dimasukkan rencana, mengadakan pemogokan pada 8 Mei
1925, untuk memperingati 2 tahun lampau Semaun ditangkap. Karena mengambil
pelajaran dari pemogokan 1923, VSTP menolak pemogkokan itu. Pimpinan PKI
menunda harinya pemogokan sampai SPPL (di Nederland). Lelah menunggu, maka
dimajukan mengadakan pemogokan umum sebagai protes terhadap penolak pemerintah
(Hindia Belanda) memperkenankan Tan Malaka kembali ke Indonesia. (Keterangan
lebih lanjut akan menyusul! Pen.). Rupanya orang tak berani memulai, kalau
tiada mendapat sokongan yang sungguh dari Serikat Sekerja yang besar seperti
VSTP. Ditunggu dulu datangnya suasana pemogokan yang pantas, bilamana wujud
yang berdasarkan ekonomi bisa dibarengkan dan dikedoki dengan wujud yang
bersandar kepada politik”.
Di Semarang rupanya orang mulai
kehilangan kesabaran, 21 Juli 1925 pecahlah pemogokan yang sudah lama
ditunggu-tunggu mula-mula diantara buruh cetak sebuah kongsi Tionghoa yang
mengeluarkan satu surat kabar Indonesia, disebabkan oleh penolakan tuntutan
Serikat Buruh Cetak, yang menuntut diterimanya pencetak yang sudah mogok dan
tuntutan lain-lain berhubungan dengan jaminan kerja umumnya. Pemogokan ini
menjalar kepada beberapa perusahaan percetakan yang lain-lain. Pada tanggal 1
Agustus pemogokan pecah pada Centrale Burgelijke Zienkeninrichting di Semarang.
Pada waktu itu juga timbul pula pada Semarangsche Stooboor en Prauwenveer,
dimana dalam beberapa hari saja seribu orang kapten dan kelasi Indonesia
berhenti kerja atas desakan Serikat Pegawai Pelabuhan dan Lautan (SPPL) yang
memajukan tuntutan jaminan kerja kepada Pimpinan Prauwenveer. Pemogokan
berangsur-angsur susut dan berhenti pada pertengahan bulan September. Menurut
G.B 17 Desember 1925 No.2, maka tiga orang pemimpin, para propagandis PKI ialah
Darsono, Aliarcham dan Marjohan, dibuang.
Garis yang tampak dalam catatan
diatas, ialah:
1. Biro Canton yang mengikat seluruh
buruh lalu lintas Asia dan cabang dari Provintenk, didirikan pada bulan Juni
1924 dalam satu konferensi dimana juga hadir wakil dari Indonesia (PKI).
2. Sebagai pengaruh langsung dari
Konferensi itu, di Indonesia pada penghabisan Desember 1924 juga didirikan
Serikat Sekerja Indonesia Merah, dibawah PKI
3. Pemogokan dari beberapa perusahaan
yang timbul pada pertengahan 1925 langsung berada di bawah pimpinan Sekretariat
Serikat Sekerja Indonesia Merah dan PKI
4. Pemogokan itu ternyata kurang
bernafsu dan kecuali sedikit menjalar ke Surabaya tiadalah menjalar ke selruh
pulau Jawa, apalagi ke seluruh Indonesia.
Menurut pikiran saya, maka
kekurangan semangat dalam aksi ekonomi, yang dalam hakekatnya ditujulkan kepada
perebutan hak politik ekonomi, terletak pada keadaan ekonomi di masa itu. Turun
naiknya garis ekonomi (Economic Curve) dengan nyata menunjukkan bahwa garis
turun yang paling rendah pada tahun 1922 pada pertengahan 1925 sudah mulai naik
kembali dan pasti menuju ke puncak
(hochkonjunktur) yang tercapai pada tahun 1927-1928. Tak akan bisa
dimungkiri, bahwa organisasi tentu mempunyai beberapa kelemahan, memangnya
sampai sekarangpun (1947) kita sebagai bangsa di negeri berhawa panas ini masih
memiliki banyak kelemahan tersebut. Akan tetapi sebab pokok dari melesetnya pemogokan
politik pada pertengahan 1925 itu terletak pada lemah lesunya suasana
revolusioner bagi seluruh rakyat Indonesia, karena sudah berada dalam
kesembuhan krisis ekonomi.
Sekian pemandangan
timbul-tumbuh-tumbangnya pemogokan politik ekonomi pada tahun 1925 yang
berakhir pada pembuangan beberapa pimpinan PKI yang sangat dibutuhkan, justru
di depan kejadian tahun 1926.
Kembali kita kepada Buro Canton!
ENCYCLOPAEDIE sudah memberikan pemandangan yang tiada berjauhan dari
kebenaran karena memang dikutipnya dari sumber yang syah, seperti
“Internationale Press Korrespondenz”, tersebut ialah organnya Komintern.
Walaupun demikian ENCYCLOPAEDIE selain daripada memajukan beberapa kesimpulan
sendiri, cuma melihat yang diatas muka air laut saja. Dia tiada melihat apa yang
di bawahnya muka air laut itu.
Sebenarnya siapa bisa bergirang hati, kalau pihak resmi Hindia Belanda
dengan ENCYCLOPAEDIE tak melihat apa yang berada di sana itu adalah penulis
sendiri. Ada lagi satu dua perkara lain yang semacam itu pula, tetapi belumlah
masanya buat disebutkan. Tetapi bahwa sayalah yang memimpin Buro Canto tersebut
di Filipina sudah terbuka, dan amat memberatkan perkara saya. Tegasnya hal itu
bukanlah rahasia lagi. Lagi pula adanya Provintern, seperti juga saudara tuanya
Komintern sudah menjadi barang sejarah.
Baru saja saya tiba di Canton bersama dua wakil Indonesia dari pelajaran
yang melelahkan, dan belum lagi sempat menyusun nafas, maka saya pergi
menjumpai dua orang wakil dari Pusat. Yang seorang ialah dari Komintern, yang
berhubungan dengan saya sampai di masa itu. Yang lainnya adalah wakil dari
Provintern yang akan berhubungan dengan saya di hari depan, dan kenal baik
ketika di Moskow! (saya sebutkan wakil karena memang tanggung jawabnya kepada
dua badan Internasional itu). Tulisan Alimin dalam “ANALISIS” nya yang
mengatakan bahwa saya diangkat sebagai wakil Komintern dan Provintern oleh dua
“pegawai” saja, pada hakekatnya adalah suatu penghinaan besar terhadap dua
organisasi Internasional itu, dan membuktikan pula sifatnya yang lama, ialah
tak peduli dan tak mau tanggung jawab,
walaupun terhadap teman seperjuangannya, kalau dirinya sendiri terlibat.
Ingatlah sifat Alimin terhadap bekas ketuanya almarhum Cokroaminoto dalam
proses Afeeling B Serikat Islam, pada tahun 1918).
Pertemuan berlaku seperti biasanya orang berjumpa kembali sahabat karib.
Belum lagi tepat saya duduk di atas kursi, wakil Provintern sudah memulai.
“Nah Saudara” katanya, “Pucuk Pimpinan Provintern” sudah memutuskan
mendirikan Buro Buruh Lalu-Lintas, bertempat di Canton ini. Saudaralah yang
akan memimpin Buro itu dan menyelenggarakan apa yang perlu. Lagi pula akan
dikeluarkan satu surat kabar atau majalah. Saudara pulalah yang akan menjadi
pemimpinnya dan menyelenggarakan semua yang perlu. Selain dari pada itu sudah
mesti bersiap pula buat berbicara dalam konferensi buruh lalu lintas ini malam
juga. Kedudukan saudara kelak sebagai pemimpin Buro disini, adalah tersendiri
(independent) dan berhubungan langsung dengan kami di Moskow”.
Saya sedikit terganga! Setelah nafas dan pikiran kembali, saya susun
beberapa kalimat dan pertanyaan.
Apa tak ada yang lain buat memimpin Buro itu? Bukankah sudah cukup
kewajiban saya yang berhubugnan dengan Komintern? Manakah saya bisa memimpin
majalah dalam bahasa Inggris sedangkan bahasa Inggris saya baru cukup buat
menanyakan jalan dan restoran saja!
“Kami sudah mempertimbangkan semua itu, dan kami sudah tetapkan dengan
kebulatan suara”, demikianlah saudara Provintern.
“Kita toch tak kekurangan orang? Di Tiongkok saja, bahkan ada beberapa
Profesor di antara teman kita sahut saya pula.
Jawab saudara Provintern amat pendek, dan tertutup semua keberatan saya!
“Sebagai seorang komunis yang berdisiplin, tentulah saudara akan terima saja”.
Konferensi Buruh Lalu Lintas berlangsung dengan lancar sekali. Dr. Sun
mulanya akan hadir berbicara. Tetapi belakangan berhubungan dengan
kebijaksanaan, dianggap kurang tepat Dr. Sun diwakili oleh Mr. Liao Chung Kay.
Pada hari pertama wakil Provintenlah yang memegang pimpinan rapat, pada hari
kedua penulis ini, pada hari ketiga wakil Tionghoa dan sebagainya. Dalam
pemilihan buat pemimpinan Buro, penulislah yang terpilih!
Sehabisnya konferensi masing-masing pulang ke negerinya. Para wakil
Indonesiapun berangkat meninggalkan Canton. Tinggallah penulis ini dengan
sebeban pidato dan putusan yang mesti dicetak dan disebarkan ke semua pelosok
di Asia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar