Kamis, 07 April 2016

Menjelang Filipina dan Canton


Di bulan Desember 1923 saya tiba di Canton. Perjalanan Moscow – Canton menimbulkan bermacam-macam kesan, dan mengalami berbagai-bagai avontuur, terlampau banyak buat dituliskan apalagi dimasa kekurangan kertas ini. Tiada pula kurang avontuur, pelayaran dan kesan yang saya peroleh  entah dalam berapa kali bolak-balik antara Canton dan Nanyang, Aslia saja. Saya sebutkan Aslia saja, buat meliputi Annam, Siam, Birma, Malaya, Indonesia dan Filipina. Beberapa kali, jika salah selangkah saja atau terlambat semenit saja, ataupun sesat sepatah kata jawaban saja, saya sudah akan terjerumus ke dalam penjaranya imperialisme. Pula, karena kekurangan kertas avontuur inipun terpaksa tiada dituliskan. Ada pula alasan yang tak kurang penting. Semua Imperialisme Barat yang saya dapatkan dari suaranya Dr. Sun, bahwa Dr. Sun berniat memberikan nasihat yang dengan perhitungannya kepada saya. Akhirnya bukankah Dr. Sun sendiri berhaluan persatuan Asia, lama tinggal di Jepang banyak mempunyai sahabat di sana, dan pernah memakai orang Jepang dalam perjuangannya merebut kekuasaan pusat di Tiongkok?
Pendeknya nasehat itu keluar dari sanubari orang bersimpati kepada pergerakan Indonesia. Saya juga tidak memasuki pintu gelanggang perdebatan yang mungkin terbuka, ialah: Apakah revolusioner Indonesia bisa kerja sama dengan kerajaan (Imperialisme) Jepang?
Mungkin karena Dr. Sun sendiri merasa bahwa pintu kesana tidak terbuka, dan mungkin juga Dr. Sun teramat tahu akan prakteknya kerja dengan Jepang, atau karena Dr. Sun cuma ingin tahu bagaimana paham saya terhadap soal demikian maka percakapan dibelokkan ke lampat tempat.
Nyatalah pengetahuan Dr. Sun dalam details, khusus tentang “Nanyang” pun luar biasa tempatnya. Nyatalah Dr. Sun seorang pelarian yang mempunyai banyak siasat dan mempunyai teman di mana-mana. Adanya orang Tionghoa di seluruh pelosok dunia, ialah yang amat memudahkan gerakan Dr. Sun.
Pasport dari pemerintah saya buat tuan akan lebih membahayakan dari pada tiada punya pasport sama sekali, kata Dr. Sun Yat Sen. Sebab pasport itu akan diperiksa kembali oleh Inggris di Hongkong ialah pintu gerbang masuk ke daerah Kwantung dan pemeriksaan itu teliti sekali. Tetapi baik tuan saya perkenalkan kepada para pemimpin Seamen Union, Serikat Pelaut yang berkedudukan di Hongkong.
Lama saya pikirkan kerjasama dengan Jepang tadi. Dari Revolusioner besar seperti Dr. Sun petunjuk semacam itu tak boleh diabaikan begitu saja. Mungkin karena antara Jepang dan Indonenesia masih ada imperialisme Inggris, Perancis dan Amerika yang kuat, maka Dr. Sun merasa Jepang tidak (atau belum) bisa langsung menerkam Indonesia. Dr. Sun juga memulai dengan “in this case” ialah “dalam hal ini”, memang pula bersitumpu sekarang pada negara ini dan esoknya pada negara itu, adalah salah satu dari pada muslihat Dr. Sun yang terpenting.
Sayang, saya tak mencoba menyelami alasan Dr. Sun yang sebenarnya. Dr. Sun adalah seorang revolusioner yang opportunis,pengambil kesempatan Intuition, gerak batin Dr. Sun sering benar.
Bukankah sudah kira-kira 20 tahun perkataan tadi banyak diucapkan oleh para pemimpin nasionalis Indonesia terkemuka yang menyambut tangan saudara tua “buat kerjasama” mendirikan Asia Timur Raya? Lupakah kita pada sehidup semati Dai Nippon sebelum dan sesudah kemenangan terakhir, seperti tercantum dalam Panca Dharma itu? Bukankah pemimpin Indonesia pernah mengemukakan bahwa kita membantu Nippon bukanlah karena perhitungan kalah menang, melainkan karena Nippon dalam kebenaran, keadilan dan kesucian? Buat saya hal ini adalah penetapan nujuman pemimpin Tionghoa ditepi sungai Mutiara itu.
Saya sudah baca buku Dr. Sun “San Min Chu I” dan “China’s International Development” banyak yang praktis, bisa dijalankan, tetapi ada pula kiranya yang tidak praktis, bertentangan degan kenyataan, mengusulkan kepada kapital Internasional buat mengindustrialisir Tiongkok untuk kemakmuran Tiongkok dan perdamaian dunia. Memangnya mesti diakui banyak kebaikannya sebagai wujud, sebagai teori. Tetapi saya pikir kurang diperhatikan tentang konkurensi, bahkan pertentangan antara Negara Kapitalis dengan Negara Kapitalis sendiri, yang mesti kerja sama buat memajukan Tiongkok dan akhirnya, tetapi tak kurang penting konkurensi dan pertentangan antara Tiongkok berindustri dengan Negara Kapitalis Barat dan Amerika. Walaupun begitu, semangat dan caranya Dr. Sun Yat Sen berpikir, jika dibandingkan orang berkeramat dari Hindustan, Mahatma Gandhi adalah seperti siang dengan malam. Buat saya, lebih menambah pengetahuan membaca tulisan Dr. Sun daripada membaca karangan Mahatma, kalau sang Mahatma memasuki gelanggang politik ekonomi atau aksi.
Dr. Sun bukanlah Marxis, dan cara berpikirnya bukan dialektik, tetapi logis, dalam “San Min Chu I”, kalau Dr. Sun mengeritik Marxisme maka dipakainya alasan murah dari profesor borjuis biasa, yakni “Class Struggle”, perjuangan klas itu, hanya suatu “accident” kebetulan saja. Caranya Dr. Sun mengupas sesuatu persoalan, ialah menurut ilmu scientific dan caranya menuliskan dan mengatakan pahamnya sangat jelas, tepat dan menarik. Dr. Sun bukan saja seorang ahli menulis, tetapi juga seorang effektive speaker ahli pidato, berpangkal-berujung, terang dan bisa memberi paham kepada ramai dan menarik hati ramai.
Tetapi bukankah pada kecerdasan intelek,d an kemahiran berbicara ataupun pada kelengkapan terori Nasionalisme, “Demokrasi dan Sosialisme-nya saja terletak kekuatan Dr. Sun, ialah menurut pikiran saya. Saya sudah menyaksikan pidatonya Dr. Sun. Memang bagus dan menurut teknik. Tetapi Wang Ching Wei tiadalah kurang, kalau malah tidak melebihi. Saya sudah baca tulisan dan teori Dr. Sun, tetapi pujangga Tiongkok seperti profesor Dr. Hu Shih, saya fikir sanggup pula membentuk teori seperti itu. Yang tidak bisa disamai atau dilebihi baik oleh Wang Ching Wei atau pun Profesor Dr. Hu Shih – saya sebut dua ini saja diantara puluhan ahli pidato dan ahli pikir Tionghoa modern ialah:
Pertama: sincerity kejujuran Dr. Sun. Orang Tionghoa ternama, walaupun bukan pengikut Dr. Sun dimasa hidupnya, dan semua orang Asia lain yang pernah berkenalan dengan thabib sungai Mutiara ini, mengemukakan sincerity, kejujuran Dr. Sun, Bapak Republik Tingkok berbuat cocok dengan perkataannya, dan berkata cocok dengan paham sucinya, Dr. Sun  bukanlah seorang ahli politik “Tammany” atau “revolusioner” dengan perkataan atau pengorek kantongnya Rakyat Murba. Teori, pidato dan aksi Dr. Sun ialah untuk yang dianggapnya penting buat Negara dan Bangsanya. Manusia bersifat khilaf, dan kalau Dr. Sun khilaf, maka kekhilafannya itu tiada bersumber pada kecurangan.

Kedua: Keuletan, imannya dan unselfish, tidak termahaknya Dr. Sun. beberapa teman pelaut Tionghoa dengan bangga menceritakan kepada saya enam belas kegagalan Sun Man merebut kemerdekaan Tiongkok dari kerajaan Manchu. Baru yang ketujuh belas jaya. Kegagalan  itu selalu dikemukakan dengan bangga, saya pikir pada tempatnya pula. Karena dimuka enam belas kegagalan itu terselip perkatan “walaupun”, mestinya diceritakan: Ingatlah, walaupun Sun Man enam belas kali gagal, dia tak putus asa, dalam hal “keuletan” (Thorougness) itu Dr. Sun memang boleh dianggap sebagai wakil dan lambang kebesaran sifat bangsa Tionghoa seluruhnya. Tetapi menurut pikiran saya, kepercayaan kepada Dr. Sun itu bisa terus dipegang, ialah karena kejujurannya, karena tiada termahaknya Dr. Sun bahkan dia selalu siap sedia mengorbankan apa yang ada padanya, termasuk jiwanya sendiri, buat menjalankan apa yang dimajukannya.

Ketiga: rapat dengan murba. Titelnya Dr. mudahnya Dr. Sun bergaul dengan bangsa sendiri dan bangsa lain, maupun juga yang termasuk kelas atas, tiadalah memisahkan Sun Man dari kelas gembel, proletaria. Hati rakyat rendahan Tiongkok tak akan bisa terikat dalam perjuangannya, kalau dia tiada mempunyai sifat yang bisa menimbulkan kepercayaan murba.
Tiadalah pula satu kebetulan saja, apabila gerakan Kuomintang pada tahun 1911 itu disokong oleh gerakan murba rahasia seperti Kola Hui, yang rapat berhubungan dengan Dr. Sun. Rupanya, terdorong oleh beberapa kegagalan merebut kekuasaan dengan cara “Putsch” oleh segerombolan pahlawan kaum cerdas, maka Dr. Sun akhirnya merasa penting bantuannya rakyat murba yang tersusun dalam bermacam-macam kongsi rahasia, yang dimasa kerajaan Manchu berpolitik revolusioner. Dr. Sun turunan tani kecil, jiwanya masih belum dihancurkan oleh intelektualisme Barat dan masih bisa menyelami Rakyat Murba.
Tiadalah pula satu kebetulan saja, apabila gerakan Kuomintang pada tahun 1911 itu disokong oleh gerakan murba rahasia seperti Kola Hui, yang rapat berhubungan dengan Dr. Sun. Rupanya, terdorong oleh beberapa kegagalan merebut kekuasaan dengan cara “Putsch” oleh segerombolan pahlawan kaum cerdas, maka Dr. Sun akhirnya merasa penting bantuannya rakyat murba yang tersusun dalam bermacam-macam kongsir rahasia, yang dimasa kerajaan Manchu berpolitik revolusioner. Dr. Sun turunan tani kecil, jiwanya masih belum dihancurkan oleh intelektualisme Barat dan masih bisa menyelami jiwanya Rakyat Murba.
Tetapi janganlah pula pembaca pikir, bahwa dimasa hidupnya Dr. Sun mendapat pujian saja dari semua golongan atau teman seperjuangannya sendiri. Bahkan baru sebentar saja dia dipilih jadi Presiden tahun 1911, jiwanya terancam oleh seorang jenderal “pemberontak” yang dibelakangnya menjadi Presiden ialah Yuan Shi Kai. Di masa saya masih di Tiongkok, belum lama sebelum dia meninggal, maka bekas jenderalnya sendiri, ialah Chen Kwing Ming hampir saja dapat menangkap Dr. Sun. Dari pihak intelek Tiongkok dan kaum borjuisnya, dimasa hidupnya sering saya dengan paling baik dikatakannya, bahwa Dr. Sun itu memang kasar, tetapi cuma seorang “idealis” dalam arti pemimpi saja. Saudagar Canton, kata Dr. Sun sendiri, ketika dibawah perintah Dr. Sun sendiri, mencemoohkan Dr. Sun dengan gelaran “meriam besar”. Artinya “kaleng kosong” yakni suara besar tapi tak berisi.
Memang kehormatan dan pujaan terhadap Dr. Sun saya lihat baru sesudah dia meninggal. Ingat kita kepada banyak orang besar lain, yang sekarang dipuji, dikoploki dan dipuja, tetapi besoknya dikutuki. Tetapi ada juga sebaliknya, baru dipuji sesudah ia mati. Dr. Sun melayani semua pasang surut naiknya penghargaan manusia itu.
Dr.Sun sendiri bukanlah Dr. Sun, kalau dia bergerak dan berkorban, cuma buat mencari pujian ramai pada ketika itu saja. Dr. Sun juga insyaf sungguh akan turun naiknya penghargaan itu, dan ia pusatkan semua tenaga, kecerdasan, kemauan dan perasaannya kepada kemerdekaan dan kebesaran bangsa yang dicintainya sampai ke hati sanubarinya ialah bangsa Tionghoa. Lawan dan kawan tak bisa membantah kecintaannya itu, begitu pula kejujuran dan keteguhan imannya.
Pada satu hari, ketika saya berada disalah satu tempat di Selatan melakukan kewajiban saya sebagai wakil dan intern (hal mana tak perlu saya rahasiakan lagi, karena pihak luar sudah lama mengumumkan), maka saya dapat perintah dari Pusat buat mencari wakil dari Indonesia guna mengunjungi Konferensi Buruh Lalu Lintas Seluruh Asia, yang akan diadakan di Canton. Hasil konferensi itu sudah lama disiarkan dimana-mana dan yang berhubungan dengan diri saya sudah diumumkan di Filipina, berhubung dengan penangkapan atas diri saya disana. Agustus 1927 Imperalisme Barat sungguh cukup cerdas, berpengalaman dan kaya buat mengetahu apa yang terjadi dalam semua organisasi lawannya.
Pemandangan resmi tertulis dalam ENCYCLOPAEDIE, di jilid tersebut di atas, mika 535, tentang konferensi Canton itu adalah berikut: Aksi Serikat Sekerja Komunis dalam hubungan Internasional”, untuk melakukan propaganda aktif buat kemerdekaan nasional dari segala bangsa di Pasifik, sudah diputuskan pada bulan November/Desember 1922 pada Kongres Komintern ke-4.
Serikat Sekerja Internasional Merah (Provinter) sekali lagi mengemukakan perkara ini pada Kongresnya ke-2, yang dibuka bersamaan waktu dengan Kongres Komintern yang kemudian memutuskan mengadakan konferensi besar pada wakil buruh lalu lintas (transport) dan semua negara disekitarnya Lautan Teduh.
Konferensi Pan Pasific diadakan di Canton pada penghabisan bulan Juni 1924, ialah yang dikatakan hanya satu tempat dimana orang tak terganggu kerja dengan maksud mengambil tindakan yang berhubungan dengan organisasi buat membantu satu Serikat Sekerja Internasional Merah yang meliputi kaum pelaut dan buruh pada semua pelabuhan penting di sekeliling Lautan Teduh yang akan menjadi gelang penyambung (schakel) dalam rantai yang akan memperhubungkan pergerakan kemerdekaan nasional revolusioner diperjuangkan klas proletaria di Barat. Soal, bagaimana caranya mengadakan perhubungan itu harus diadakan, dengan tiada banyak menyinggung-nyinggung dalil-dalil teori, sudah lama mendapatkan perhatian E.K.K.I (Eksekutif Komite Komunis Internasional). Pentingnya  Konferensi pertama ini dari buruh lalu lintas ternyata dari “Manifest” yang diucapkan kepada pekerja di Timur dan kepada kaum proletar di Eropa dan Amerika (disiarkan dalam Internationale Press Korrespondenz 5 September 1924 No. 36). Dalam manifest itu disebutkan, bahwa di daerah Tiongkok Selatan yang revolusioner di Canton, datanglah berkumpul para wakil dari buruh lalu lintas dari Tiongkok Utara dan Selatan dari Jawa (Alimin, Budisutjiro) dan dari Filipina pada konferensi yang diselenggarakan oleh Serikat Sekerja Internasional Merah mengadakan perhubungan internasional diantara lain ternyata datang seruan. Kami serukan, supaya semua organisasi buruh lalu lintas di jajahan dan di setengah jajahan mempersatukan diri dan menggabungkan diri dengan buruh lalu lintas internasional yang revolusioner)
Konferensi yang lamanya 6 hari itu memutuskan mendirikan satu Buro di Canton, ialah untuk Serikat Sekerja Timur Merah “Red Eastern Labour Union”, yang mengikat buruh lalu lintas di semua negara Timur. Pada Buro mana akan berhubungan segala Sekretariat buat Tiongkok, Indonesia, Filipina, Jepang dan Hindustan.
Pada muka 537 encyclopaedies”: Kita kira paad waktu itu juga (21 Desember 1924) rupanya PKI mulai mendirikan Sekretariat Serikat Sekerja Indonesia Merah, bilamana Pusat Pimpinan PKI di Jakarta mengambil inisiatif mengirimkan rencana statuten buat Sekretariat itu kepada Pucuk Pimpinan VSTP (Serikat Buruh Kereta Api) SPPL (Serikat Pelaut) SBG (Serikat Buruh Gula) dan Serikat Pelikan (Tambang) Indonesia, dalam rencana-rencana statuten tadi disebutkan maksud, bahwa sekretariat ini akan menjadi cabangya Buro Canton, dan anggota Serikat Sekerja Internasional Merah (Provintern) di Moskow. Pucuk Pimpinan PKI mempermalukan lebih kurang, bahwa untuk perjuangan klas di Indonesia yang revolusioner perlulah Persatuan di Asia antara buruh industri dan buruh lalu lintas.
Pada daerah lama, tempat kaum komunis bekerja ialah Semarang, udara lebih banyak berisi keinginan mogok. Mulanya dalam kalangan PKI dimasukkan rencana, mengadakan pemogokan pada 8 Mei 1925, untuk memperingati 2 tahun lampau Semaun ditangkap. Karena mengambil pelajaran dari pemogokan 1923, VSTP menolak pemogkokan itu. Pimpinan PKI menunda harinya pemogokan sampai SPPL (di Nederland). Lelah menunggu, maka dimajukan mengadakan pemogokan umum sebagai protes terhadap penolak pemerintah (Hindia Belanda) memperkenankan Tan Malaka kembali ke Indonesia. (Keterangan lebih lanjut akan menyusul! Pen.). Rupanya orang tak berani memulai, kalau tiada mendapat sokongan yang sungguh dari Serikat Sekerja yang besar seperti VSTP. Ditunggu dulu datangnya suasana pemogokan yang pantas, bilamana wujud yang berdasarkan ekonomi bisa dibarengkan dan dikedoki dengan wujud yang bersandar kepada politik”.
Di Semarang rupanya orang mulai kehilangan kesabaran, 21 Juli 1925 pecahlah pemogokan yang sudah lama ditunggu-tunggu mula-mula diantara buruh cetak sebuah kongsi Tionghoa yang mengeluarkan satu surat kabar Indonesia, disebabkan oleh penolakan tuntutan Serikat Buruh Cetak, yang menuntut diterimanya pencetak yang sudah mogok dan tuntutan lain-lain berhubungan dengan jaminan kerja umumnya. Pemogokan ini menjalar kepada beberapa perusahaan percetakan yang lain-lain. Pada tanggal 1 Agustus pemogokan pecah pada Centrale Burgelijke Zienkeninrichting di Semarang. Pada waktu itu juga timbul pula pada Semarangsche Stooboor en Prauwenveer, dimana dalam beberapa hari saja seribu orang kapten dan kelasi Indonesia berhenti kerja atas desakan Serikat Pegawai Pelabuhan dan Lautan (SPPL) yang memajukan tuntutan jaminan kerja kepada Pimpinan Prauwenveer. Pemogokan berangsur-angsur susut dan berhenti pada pertengahan bulan September. Menurut G.B 17 Desember 1925 No.2, maka tiga orang pemimpin, para propagandis PKI ialah Darsono, Aliarcham dan Marjohan, dibuang.
Garis yang tampak dalam catatan diatas, ialah:
1.      Biro Canton yang mengikat seluruh buruh lalu lintas Asia dan cabang dari Provintenk, didirikan pada bulan Juni 1924 dalam satu konferensi dimana juga hadir wakil dari Indonesia (PKI).
2.      Sebagai pengaruh langsung dari Konferensi itu, di Indonesia pada penghabisan Desember 1924 juga didirikan Serikat Sekerja Indonesia Merah, dibawah PKI
3.      Pemogokan dari beberapa perusahaan yang timbul pada pertengahan 1925 langsung berada di bawah pimpinan Sekretariat Serikat Sekerja Indonesia Merah dan PKI
4.      Pemogokan itu ternyata kurang bernafsu dan kecuali sedikit menjalar ke Surabaya tiadalah menjalar ke selruh pulau Jawa, apalagi ke seluruh Indonesia.

Menurut pikiran saya, maka kekurangan semangat dalam aksi ekonomi, yang dalam hakekatnya ditujulkan kepada perebutan hak politik ekonomi, terletak pada keadaan ekonomi di masa itu. Turun naiknya garis ekonomi (Economic Curve) dengan nyata menunjukkan bahwa garis turun yang paling rendah pada tahun 1922 pada pertengahan 1925 sudah mulai naik kembali dan pasti menuju ke puncak  (hochkonjunktur) yang tercapai pada tahun 1927-1928. Tak akan bisa dimungkiri, bahwa organisasi tentu mempunyai beberapa kelemahan, memangnya sampai sekarangpun (1947) kita sebagai bangsa di negeri berhawa panas ini masih memiliki banyak kelemahan tersebut. Akan tetapi sebab pokok dari melesetnya pemogokan politik pada pertengahan 1925 itu terletak pada lemah lesunya suasana revolusioner bagi seluruh rakyat Indonesia, karena sudah berada dalam kesembuhan krisis ekonomi.
Sekian pemandangan timbul-tumbuh-tumbangnya pemogokan politik ekonomi pada tahun 1925 yang berakhir pada pembuangan beberapa pimpinan PKI yang sangat dibutuhkan, justru di depan kejadian tahun 1926.
Kembali kita kepada Buro Canton!
ENCYCLOPAEDIE sudah memberikan pemandangan yang tiada berjauhan dari kebenaran karena memang dikutipnya dari sumber yang syah, seperti “Internationale Press Korrespondenz”, tersebut ialah organnya Komintern. Walaupun demikian ENCYCLOPAEDIE selain daripada memajukan beberapa kesimpulan sendiri, cuma melihat yang diatas muka air laut saja. Dia tiada melihat apa yang di bawahnya muka air laut itu.
Sebenarnya siapa bisa bergirang hati, kalau pihak resmi Hindia Belanda dengan ENCYCLOPAEDIE tak melihat apa yang berada di sana itu adalah penulis sendiri. Ada lagi satu dua perkara lain yang semacam itu pula, tetapi belumlah masanya buat disebutkan. Tetapi bahwa sayalah yang memimpin Buro Canto tersebut di Filipina sudah terbuka, dan amat memberatkan perkara saya. Tegasnya hal itu bukanlah rahasia lagi. Lagi pula adanya Provintern, seperti juga saudara tuanya Komintern sudah menjadi barang sejarah.
Baru saja saya tiba di Canton bersama dua wakil Indonesia dari pelajaran yang melelahkan, dan belum lagi sempat menyusun nafas, maka saya pergi menjumpai dua orang wakil dari Pusat. Yang seorang ialah dari Komintern, yang berhubungan dengan saya sampai di masa itu. Yang lainnya adalah wakil dari Provintern yang akan berhubungan dengan saya di hari depan, dan kenal baik ketika di Moskow! (saya sebutkan wakil karena memang tanggung jawabnya kepada dua badan Internasional itu). Tulisan Alimin dalam “ANALISIS” nya yang mengatakan bahwa saya diangkat sebagai wakil Komintern dan Provintern oleh dua “pegawai” saja, pada hakekatnya adalah suatu penghinaan besar terhadap dua organisasi Internasional itu, dan membuktikan pula sifatnya yang lama, ialah tak peduli  dan tak mau tanggung jawab, walaupun terhadap teman seperjuangannya, kalau dirinya sendiri terlibat. Ingatlah sifat Alimin terhadap bekas ketuanya almarhum Cokroaminoto dalam proses Afeeling B Serikat Islam, pada tahun 1918).
Pertemuan berlaku seperti biasanya orang berjumpa kembali sahabat karib. Belum lagi tepat saya duduk di atas kursi, wakil Provintern sudah memulai.
“Nah Saudara” katanya, “Pucuk Pimpinan Provintern” sudah memutuskan mendirikan Buro Buruh Lalu-Lintas, bertempat di Canton ini. Saudaralah yang akan memimpin Buro itu dan menyelenggarakan apa yang perlu. Lagi pula akan dikeluarkan satu surat kabar atau majalah. Saudara pulalah yang akan menjadi pemimpinnya dan menyelenggarakan semua yang perlu. Selain dari pada itu sudah mesti bersiap pula buat berbicara dalam konferensi buruh lalu lintas ini malam juga. Kedudukan saudara kelak sebagai pemimpin Buro disini, adalah tersendiri (independent) dan berhubungan langsung dengan kami di Moskow”.
Saya sedikit terganga! Setelah nafas dan pikiran kembali, saya susun beberapa kalimat dan pertanyaan.
Apa tak ada yang lain buat memimpin Buro itu? Bukankah sudah cukup kewajiban saya yang berhubugnan dengan Komintern? Manakah saya bisa memimpin majalah dalam bahasa Inggris sedangkan bahasa Inggris saya baru cukup buat menanyakan jalan dan restoran saja!
“Kami sudah mempertimbangkan semua itu, dan kami sudah tetapkan dengan kebulatan suara”, demikianlah saudara Provintern.
“Kita toch tak kekurangan orang? Di Tiongkok saja, bahkan ada beberapa Profesor di antara teman kita sahut saya pula.
Jawab saudara Provintern amat pendek, dan tertutup semua keberatan saya! “Sebagai seorang komunis yang berdisiplin, tentulah saudara akan terima saja”.
Konferensi Buruh Lalu Lintas berlangsung dengan lancar sekali. Dr. Sun mulanya akan hadir berbicara. Tetapi belakangan berhubungan dengan kebijaksanaan, dianggap kurang tepat Dr. Sun diwakili oleh Mr. Liao Chung Kay. Pada hari pertama wakil Provintenlah yang memegang pimpinan rapat, pada hari kedua penulis ini, pada hari ketiga wakil Tionghoa dan sebagainya. Dalam pemilihan buat pemimpinan Buro, penulislah yang terpilih!
Sehabisnya konferensi masing-masing pulang ke negerinya. Para wakil Indonesiapun berangkat meninggalkan Canton. Tinggallah penulis ini dengan sebeban pidato dan putusan yang mesti dicetak dan disebarkan ke semua pelosok di Asia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar