Selasa, 12 April 2016

Pidato Tan Malaka di Radio Republik Djawa Timur 21 Desember 1948








Pidato Tan Malaka


Tan Malaka di Kediri pada tanggal 19 Desember dan mendapatkan kebebasan bergerak selayaknya. Ia, berkat hubungan baiknya dengan Soengkono, bahkan mendapat kesempatan untuk mengucapkan pidato radio. Pada tanggal 20 Desember pidato ini diumumkan, juga melalui Radio Republik Djawa Timur. Ia berpidato untuk ‘saloeroeh rajat Indonesia dan djoega ontoek loear negeri.[1] Terdengarlah pidato itu disiarkan pada petang hari berikut, tanggal 21 Desember pukul 19.45.

‘Rakyat Indonesia, kaum tani, para pemuda, kawan-kawan senasib dan seperjuangan, merdeka.
   Sekarang, 75 hari sesudah saya dibebaskan, barulah saya berkesempatan untuk berbicara dengan Saudara-saudara.
   Dengan hati sedih saya mendengar desas-desus dari Yogya tentang kekecewaan rakyat, karena saya ditunggu oleh rakyat.
   Saudara-saudara, para pelopor perjuangan; ketahuilah, bahwa tujuan saya ingin menjelaskan apa yang sehubungan dengan berbagai macam kejadian di sekitar kemerdekaan, yang membuat saudara-saudara sekalian kecewa dan jengkel.
   Sekarang, rakyat terlibat dalam perjuangan mati-matian melawan musuh, kepada suadara-saudara sekalian saya ingin bicara.
   Seperti pada permulaan revolusi juga sekarang rakyat murba dan para pemuda yang di medan perang di Jawa Timur dan Jawa Tengah memperlihatkan, bahwa mereka mencintai kemerdekaan.
   Marilah kita sejurus mengenang kepada para pejuang kita yang telah gugur di medan perang itu.
   Dengan meletusnya pertempuran pada tanggal 18 Desember, yang dimulai dengan tujuan untuk menghancurkan Republik dan menguasai kita, lagi-lagi gagal usaha-usaha untuk mencapai kemerdekaan 100% dengan perundingan.
   Soetan Sjahrir, si Boeng kecil yang masih ingin lebih cerdik dari Van Mook, Beel, Schermerhorn,...(?) telah menanda-tangani perjanjian Linggadjati.’
   Pembicara kemudian menjelaskan, bagaimana Belanda, sesudah merasa dirinya cukup kuat dan semangat rakyat serta para pemuda menjadi lemah dan dari itu dunia menjadi terlena tidur, maka terjadilah pelanggaran terhadap perjanjian Linggadjati, dan aksi militer pertama dimulai.
   Jawa Barat dan sebagian besar Jawa Timur jatuh di tangan mereka. Diplomasi si Boeng kecil Sjahrir mengalami kegagalan.
   Selanjutnya pembicara memasuki masalah pelaksanaan perjanjian Renville dan andil Sjarifoeddin di dalamnya, sebagaimana juga perkembangan lebih lanjut di bawah Mohammad Hatta.
   Dikatakan selanjutnya, antara lain, bahwa berkat adanya perjanjian baru, Belanda tanpa gangguan meneruskan politik blokade dan pengepungan, pembentukan negara-negara boneka dan politik infiltrasi serta intimidasi, dan bahwa Mohammad Hatta ‘seharusnya’ menyadari bahwa tujuannya ialah...tidak untuk bemain-main dengan merdeka 100% yang sudah dipropklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan yang sudah dipertahankan oleh rakyat dan pemuda dengan pengorbanan yang besar’.
   Ditunjukkan olehnya, bahwa Belanda telah memanfaatkan dua perjanjian itu. Dua perjanjian itu digunakannya sebagai jaminan mendapatkan pinjaman dari Amerika.
   ‘Maka Belanda itulah yang berjingkrak-jingkrak dan ......melompat dari Belanda ke Batavia, dari Batavia ke Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Banjarmasin, Makasar, dan hampir ke seluruh wilayah Republik Indonesia yang sudah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus.
   Maka Belanda itulah yang berjingkrak-jingkrak dan .......melompat dari Belanda ke Batavia, dari Batavia ke Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Banjarmasin, Makasar, dan hampir ke seluruh wilayah Republik Indonesia yang sudah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus.
   Maka Belanda itulah yang...sesudah menjadi habis-habisan, karena selama hampir lima tahun diinjak-injak oleh fasis Jerman. Maka Belanda itulah yang seperti Jepang hendak memiliki minyak, karet, hasil bumi Indonesia.....
   Semuanya itu adalah hasil dari diplomasi perundingan, dan untuk melaksanakan diplomasi yang serupa itu....Persatoean Perdjoengan Amir Sjarifoeddin sebagai menteri pertahanan....pada tanggal 17 Maret 1946....’
   Pembicara menyatakan bahwa tanggal 16 September ia dibebaskan, tanpa tuduhan kepadanya tentang keterlibatannya dalam Peristiwa 3 Juli. ‘Tapi bagi saya adalah jelas, bahwa pembebasan ini dimaksud untuk menahan saya kembali’...Sesudah itu ia mulai bekerja untuk pembangunan kekuatan  revolusioner, yang sudah dalam keadaan terpecah-belah.
   Sejak penandatanganan perjanjian Linggadjati dan persetujuan Renville kemerdekaan 100% berangsur-angsur menjadi musnah oleh politik Soetan Sjahrir.
   ‘Sudah tiga tahun perjuangan berjalan. Tapi politik diplomasi telah mengembalikan perjuangan kita pada taraf awal revolusi kita. Apakah kita akan berjuang dengan semua yang ada pada kita, ataukah akan kita biarkan Belanda mengatur nasib kita?
   Jika kita masih tetap percaya pada Proklamasi, dan tidak akan melakukan pengkhianatan terhadap para pahlawan, yang telah mempertahankannya dengan memberikan hidup mereka, maka seharusnyalah kita kembali pada semangat Proklamasi, pada bambu runcing.
   Sekarang kita sudah mempunyai pengalaman pahit dengan politik diplomasi; mari kita beralih pada perjuangan dengan bambu runcing. Tiga tahun lamanya perjuangan kita berlangsung, pengalaman yang sepanjang masa itu telah kita peroleh di bidang politik, ekonomi, militer bagi kita merupakan basis yang penting untuk meneruskan perjuangan.
   Lasjkar Jawa Barat, pada saudara-saudara terletak tugas untuk menghancurkan penjajah dan kakitangan mereka.
   Lasjkar Jawa Timur, jangan kalah dengan saudara-saudaramu di Jawa Barat dan rebutlah kembali setiap jengkal tanah dari tangan musuh.’
   Anjuran-anjuran semacam itu juga ditujukan pembicara ke seluruh penjuru Indonesia selebihnya.
   ‘Semua daerah harus dibikin menjadi tempat-tempat strategis, tempat-tempat yang dari sudut militer dipandang mudah dipertahankan dan diperluas, tempat-tempat yang mempunyai ikatan seerat-eratnya dengan proletariat [dalam Bahasa Indonesia sangat mungkin Murba] yang terdapat di sekitar, sehingga penciptaan itu bisa memberikan jaminan untuk keamanan, perekonomian dan kemenangan rakyat dan tentara rakyat.
   Kita percaya, bahwa tidak lama lagi saatnya akan datang ketika semua daerah gerilya yang tersebar itu akan bisa dipersatukan menjadi satu Indonesia yang merdeka 100%.
   Selanjutnya Tan Malaka menganjurkan pada rakyat Indonesia untuk mengganyang pemerintah negara-negara boneka dan antek-antek imperialis.
   Ia menyebutkan, bahwa Belanda sendiri pernah melakukan perang kemerdekaan selama delapan puluh tahun, ketika itu melawan Spanyol yang jauh lebih unggul. Ia mengatakan, bahwa rakyat Indonesia yang berpenduduk sepuluh kali lipat lebih banyak dari Belanda, pasti juga sanggup berjuang selama sepuluh, delapan belas, atau jika perlu delapan puluh tahun.
   ‘Dari sini saya menyerukan pada seluruh rakyat di Indonesia, khususnya yang ada di daerah-daerah pendudukan, untuk melancarkan perlawanan gerilya, bebas dari perintah dan pengaruh kolonial, serta terlepas dari diplomasi perundingan.
   Jadikanlah setiap wilayah suatu satuan yang strategis, yang mudah dipertahankan. Sehingga dengan demikian, saya yakin, kemerdekaan 100% akan tercapai’.
   Akhirnya pembicara memberikan nasihat-nasihatnya sebagai berikut:
1.      Bersihkanlah sebersih-bersihnya, seperti orang membersihkan kotoran, semua racun dari semangat Linggadjati, Renville dan Aide-Memoire, dan singkirkanlah semua pelaksana perundingan dari setiap ranah perjuangan kita.
2.      Cabut sampai seakar-akarnya semua negara boneka, yang didirikan oleh Belanda semasa dan setelah perundingan, hancurkan semua kakitangan mereka sebagai pengkhianat-pengkhianat Proklamasi.
3.      Rebut kembali setiap jengkal tanah, yang telah diduduki musuh, dan usirlah ia sampai laut dan kembalikan ke negeri asalnya.
4.      Beslah semua harta milik musuh, uruslah perekonomian dengan jelas, dan hancurkan ekonomi musuh, yang akan dipergunakan untuk membelenggu kita kembali.
5.      Bangkitkanlah semangat percaya diri, seperti semangat 17 Agustus 1945 kembali, untuk menumpas semua infiltran musuh, koruptor, dan kolone ke-5 musuh.
6.      Tolak semua perintah gencatan senjata.....dari siapa pun datangnya, sebelum Belanda meninggalkan Indonesia.
7.      Berilah seluruh gerakan pemuda pengertian tentang kemerdekaan 100% sebagai landasan.
8.      Gabungkanlah sikap semua partai, badan, organisasi militer dan tentara rakyat yang dengan paham islam, nasional dan proletar ke dalam semua kesatuan perjuangan.
Saya akhiri sampai di sini.
Bahkan satu menit pun kedaulatan rakyat Indonesia tidak boleh ditunda-tunda, dan kebulatan (keutuhan) kemerdekaan kita tidak boleh dikurangi. Sekali merdeka, tetap merdeka.[2]


[1] Tan Malaka pimpin perlawanan rakjat’, Sin Po, 21-12,1948. Surat kabar ini menambahkan, bahwa Tan Malaka dari Yogya dibawa lari ke arah timur dan akan tinggal di Kediri atau Madiun. Juga ia menyatakan akan memimpin perjuangan rakyat melawan Belanda sampai selesai. Sumber dari pernyataannya yang terakhir ini tidak diberikan oleh surat kabar itu. Brackman 1963: 109 tentang ini menyebut Radio Kediri, yang menyambut kedatangannya dengan kata-kata “Bapak Republik yang akan memimpin rakyat menuju kemenangan penuh’.
[2] Penuturan kembali, sebagian dalam terjemahan lengkap dan sebagian lagi diringkas dalam Paleisrapport, 22-12-1948, dalam NA, PG 581. Penuturan ulang yang tidak lengkap disebabkan oleh adanya gangguan, sebagai lampiran 1 untuk ‘Rapport over de Gabungan (Gerilja) Pembela Proklamasi’, disusun atas perintah dari Hoge Vetegenwoordiger van de Kroon (HVK) oleh wakil-wakil Kabinet HVK, Centrale Militaire Inlichtingendienst dan Dienst der Algemene Recherche bij het Hoofdparket, 22-10-1949, dalam NA, PG 986, juga dalam NA, Kabinet Legercommandant Indonesie, berkas 29. Di sini dicantumkan tentang waktu. Yang dikutip di sini versi yang pertama, dengan penyesuaian dan tambahan atas penerjemahannya tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan. Ikhtisar seperti yang dikutip oleh ‘Republican delegation’ di Jakarta dalam Press Review dikirim oleh Konsul Jenderal Amerika ke Washington pada 23-12-1948 (National Archives 856D.00/12-2348 (RG 59, Box 6440). Brackman 1963: 110 menyebut pukul 19.30 sebagai mulainya siaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar